KEGIATAN
LSP KATIGA PASS
...
K3

Ergonomi Industri 5.0: Integrasi Antara Manusia dan Robot

By Admin LSP KATIGA PASS

22 Desember 2025 10:35:07


Perkembangan industri global telah memasuki fase Industri 5.0, sebuah paradigma baru yang menempatkan manusia kembali sebagai pusat sistem produksi, berdampingan dengan teknologi canggih seperti kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), dan collaborative robots (cobots). Berbeda dengan Industri 4.0 yang menekankan otomatisasi dan efisiensi mesin, Industri 5.0 mengedepankan kolaborasi harmonis antara manusia dan mesin.

Dalam konteks ini, ergonomi memegang peran krusial. Ergonomi Industri 5.0 tidak hanya membahas kenyamanan kerja manusia, tetapi juga bagaimana interaksi fisik dan kognitif antara manusia dan robot dapat dirancang secara aman, efektif, dan berkelanjutan. Namun, kolaborasi ini juga melahirkan risiko-risiko baru yang perlu dianalisis secara mendalam.

Konsep Ergonomi dalam Industri 5.0

Secara umum, ergonomi bertujuan menyesuaikan pekerjaan dengan kemampuan dan keterbatasan manusia. Pada Industri 5.0, konsep ini berkembang menjadi human-centered ergonomics, yang mencakup:

  • Ergonomi fisik (postur, gerakan, beban kerja)

  • Ergonomi kognitif (beban mental, pengambilan keputusan)

  • Ergonomi organisasi (pola kerja, interaksi tim manusia–robot)

Kolaborasi manusia dan cobots menuntut sistem kerja yang fleksibel, adaptif, dan responsif terhadap kondisi manusia, bukan sebaliknya.

Peran Cobots dalam Lingkungan Kerja Modern

Cobots dirancang untuk bekerja berdampingan dengan manusia tanpa pembatas fisik seperti pagar atau kandang robot. Beberapa karakteristik utama cobots meliputi:

  • Kecepatan dan gaya gerak yang dapat disesuaikan

  • Sensor untuk mendeteksi keberadaan manusia

  • Kemampuan berhenti otomatis saat terjadi kontak tidak aman

  • Mudah diprogram dan dipindahkan

Cobots banyak digunakan dalam proses seperti perakitan, pengemasan, inspeksi, dan pemindahan material ringan. Meski dirancang lebih aman dibanding robot industri konvensional, risiko tetap ada, terutama dari sudut pandang ergonomi.

Risiko Ergonomi Baru pada Kerja Kolaboratif Manusia–Cobots

1. Risiko Postur Kerja Tidak Alami

Dalam kerja kolaboratif, manusia sering menyesuaikan gerakannya dengan ritme cobot. Jika desain stasiun kerja tidak optimal, pekerja dapat mengalami:

  • Postur membungkuk berkepanjangan

  • Gerakan repetitif pada lengan dan bahu

  • Jangkauan kerja yang berlebihan

Risiko ini dapat memicu Musculoskeletal Disorders (MSDs) meskipun beban fisik terlihat ringan.

2. Beban Kognitif dan Mental

Interaksi dengan cobots membutuhkan tingkat kewaspadaan tinggi. Pekerja harus:

  • Memantau pergerakan robot

  • Mengantisipasi kemungkinan kesalahan sistem

  • Menyesuaikan keputusan kerja secara cepat

Hal ini meningkatkan beban kognitif, yang dalam jangka panjang dapat menyebabkan kelelahan mental, stres, dan penurunan konsentrasi.

3. Risiko Ketidakpastian Gerakan Robot

Meskipun cobots dilengkapi sensor, pekerja tetap dapat merasa tidak nyaman atau waswas terhadap gerakan robot yang dianggap tidak dapat diprediksi. Ketidakpastian ini dapat memicu:

  • Reaksi refleks berlebihan

  • Gerakan menghindar yang salah

  • Gangguan fokus kerja

Dari sisi ergonomi, kondisi ini berdampak pada rasa aman psikologis pekerja.

4. Risiko Interaksi Fisik Tak Terduga

Kontak fisik ringan antara manusia dan cobot memang diperbolehkan dalam batas tertentu. Namun risiko tetap muncul akibat:

  • Kesalahan kalibrasi sensor

  • Perubahan lingkungan kerja

  • Gangguan sistem atau human error

Jika tidak dianalisis dengan baik, interaksi ini berpotensi menimbulkan cedera ringan hingga serius.

5. Adaptasi Organisasi dan Peran Kerja

Industri 5.0 juga mengubah peran pekerja. Manusia tidak lagi hanya sebagai operator, tetapi juga:

  • Supervisor sistem

  • Pengambil keputusan

  • Pemecah masalah saat sistem gagal

Perubahan peran ini menuntut adaptasi ergonomi organisasi, termasuk pelatihan, pembagian tugas, dan desain alur kerja yang jelas.

Pendekatan Analisis Risiko Ergonomi pada Kerja Kolaboratif

Untuk mengelola risiko ergonomi pada lingkungan kerja manusia–cobot, beberapa pendekatan dapat diterapkan:

1. Ergonomic Risk Assessment Terintegrasi

Penilaian risiko harus mencakup:

  • Analisis postur dan gerakan

  • Evaluasi beban kerja fisik dan mental

  • Simulasi interaksi manusia–robot

Metode ergonomi konvensional perlu dikombinasikan dengan analisis berbasis teknologi.

2. Desain Stasiun Kerja Adaptif

Stasiun kerja harus dirancang agar:

  • Ketinggian dan jangkauan fleksibel

  • Posisi kerja dapat disesuaikan dengan variasi pekerja

  • Interaksi manusia–cobot berlangsung alami dan minim tekanan fisik

3. Integrasi Human Factors Engineering

Pendekatan human factors menekankan pemahaman perilaku manusia dalam sistem kompleks. Ini penting untuk:

  • Mengurangi kesalahan manusia

  • Meningkatkan kepercayaan terhadap cobots

  • Menciptakan kolaborasi yang aman dan nyaman

4. Pelatihan dan Literasi Teknologi

Pekerja perlu dibekali:

  • Pemahaman dasar cara kerja cobots

  • Kesadaran risiko ergonomi

  • Kemampuan merespons kondisi abnormal

Pelatihan yang baik akan menurunkan kecemasan dan meningkatkan performa kerja.

Tantangan dan Peluang Ergonomi di Industri 5.0

Tantangan utama ergonomi Industri 5.0 adalah menyeimbangkan produktivitas, keselamatan, dan kesejahteraan manusia. Namun, jika dikelola dengan baik, kolaborasi manusia–robot justru membuka peluang:

  • Lingkungan kerja yang lebih manusiawi

  • Pengurangan cedera kerja jangka panjang

  • Peningkatan kualitas kerja dan kepuasan pekerja

Ergonomi menjadi jembatan penting agar teknologi tidak menggantikan manusia, melainkan memberdayakan manusia.

Ergonomi Industri 5.0 menandai pergeseran besar dalam cara kita memandang sistem kerja modern. Kolaborasi antara manusia dan cobots membawa efisiensi dan fleksibilitas, tetapi juga menghadirkan risiko ergonomi baru yang tidak boleh diabaikan.

Dengan pendekatan ergonomi yang holistik—mencakup fisik, kognitif, dan organisasi—kerja kolaboratif dapat dirancang menjadi aman, nyaman, dan berkelanjutan. Pada akhirnya, keberhasilan Industri 5.0 tidak hanya diukur dari kecanggihan teknologi, tetapi dari sejauh mana teknologi tersebut mampu meningkatkan kualitas hidup dan kerja manusia.

Artikel Terkait

...
K3

Perkembangan industri global telah memasuki fase <strong data-sta

...
K3

Bagaimana Teknologi AI Dapa

...
K3

Behavior Based Safety (BBS) dikenal sebagai salah satu pendekatan

...
K3

Dalam beberapa tahun terakhir, risiko keselamatan kerja tidak lag